Peci Hitam, Simbol Nasionalisme
Siapa tak kenal peci hitam atau biasa disebut dengan kopyah atau songkok, terutama di kalangan umat Islam terlebih lagi lingkungan pesantren. Namun, tak disangka penutup kepala yang terbuat beludru warna gelap dengan ketinggian 6-12 cm itu telah menjadi simbol dari Bangsa Indonesia ini. Tak lain berkat tokoh presiden pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Bahkan semua golongan pejabat kerapkali identik dengan peci hitam tersebut. Apa yang melatarbelakangi benda yang diletakkan di bagian tertinggi pada anggota tubuh ini hingga menjadi simbol dari Indonesia Raya.
Searching-searching ternyata ada yang mosting kalau terdapat proposal santunan untuk Darul Funun, didalamnya terdapat pembukaan yang menceritakan historis Darul Funun, kemudian ada sebuah paragraf yang menceritakan, salah satu founder dari Darul Funun yakni Syekh Abbas Abdullah memberikan sebuah kopiah tinggi kepada Ir. Soekarno ketika awal revolusi Indonesia dikarenakan tidak memasyarakatnya Soekarno dibandingkan kompatriotnya Moh. Hatta, dan Hatta mengusulkan agar Soekarno mengambil kepercayaan pemimpin-pemimpin gerilya dari Sumatera, dan sejak itu beliau memakai kopiah tinggi tersebut sebagai ciri khas beliau.
Peci hitam yang masih belum diklaim asal daerahnya ini identik dengan presiden Soekarno. Beranjak dewasa hingga akhir hayatnya peci itu selalu melakat dikepalanya, meskipun berkunjung ke negara-negara lain peci hitam ini tidak pernah lepas. Hingga saat ini susah sekali mencari gambar Soekarno tanpa peci hitam.
Ada juga ketika Soekarno dalam rapat Jong Java, dia memecah keheningan rapat dengan tuturnya "…Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia. Peci yang memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh para buruh bangsa Melayu, adalah asli milik rakyat kita. Menurutku, marilah kita tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka."
Itulah awal mula Soekarno mempopulerkan pemakaian peci, seperti dituturkannya dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams. Soekarno menyebut peci sebagai “ciri khas saya... simbol nasionalisme kami.” Soekarno mengkombinasikan peci dengan jas dan dasi. Ini, menurut Soekarno, untuk menunjukkan kesetaraan antara bangsa Indonesia (terjajah) dan Belanda (penjajah).
Peci yang dianggap berasal dari gresik ini mempunyai keistimewaan, antaranya peci ini bisa dipakai oleh siapa saja dari berbagai golongan, suku, dan agama. Kalau dilihat dari segi modisnya peci hitam ini sangat cocok dikolaborasi dengan atribut-atribut yang sering kita gunakan saat ini seperti batik, kemeja, jeket, jas, baju busana muslim dan lain-lain. Sehingga, peci hitam tidak merusak mode dan kostum yang kita kenakan.
Namun, akhir-akhir ini, eksistensi peci hitam mengalami kemunduran, peci hitam tidak lagi sepopuler pada masa Soekarno dan tidak lagi diminati khususnya oleh kawula muda karena dianggap jadul. Tentu tidak ada yang bisa kita salahkan kecuali diri kita sendiri, sejauh mana kita telah berbuat untuk mempopulerkan atribut yang satu ini. Padahal peci hitam ini merupakan simbolis rasa cinta kita pada Negara berbendera merah putih.
Oleh karenanya, sebelum dimiliki oleh Negara lain mari budayakan untuk memakai peci hitam dan mempopulerkan pada dunia, sebelum peci khas ini direbut Bangsa lain. Peci hitam ini tak lain simbol Nasionalisme!.
0 komentar:
Posting Komentar