Dalam
sebuah dialog dengan Wimar Witoelar di MetroTV, Sri Mulyani pernah
menyebut karakter orang Indonesia dengan ungkapan, Short Memory Lost.
Orang Indonesia pelupa, mudah melupakan kenyataan-kenyataan yang
sebenarnya belum lama berlalu. Dan saya melihat, kenyataan itu terjadi
lagi dalam kasus Sri Mulyani saat ini.
Selama
berbulan-bulan media massa menampilkan liputan seputar kerja Pansus
Bank Century di DPR, sampai sidang paripurna DPR RI yang menghasilkan
rekomendasi opsi C, nama Sri Mulyani dan Boediono menjadi bulan-bulanan
media massa. Para demonstran di jalanan menggambarkan sosok Sri dan Boed
sebagai drakula, dengan taring tajam, dan lelehan darah dari mulutnya.
Juga ada yang menampilkan “Mbak Sri” dalam tampilan narapidana di balik
penjara, dengan memakai baju-celana belang-belang (seperti ular Weling).
Tapi
kini, ketika Sri Mulyani lengser dari kursi Menkeu dan siap berangkat
menjadi pejabat di Bank Dunia, semua orang tiba-tiba menaruh belas
kasihan, merasa sayang kepada Mbak Sri, merasa memiliki, memujinya
setinggi langit, memberikan forum terhormat baginya untuk pamitan, serta
membuat aneka rupa testimoni tentang kehandalan “the best finance
minister” itu. Salah satu contoh, J. Kristiadi, tokoh elit CSIS, dalam
salah satu liputan di MetroTV, dia dengan terang menyalahkan bangsa
Indonesia yang tidak bersikap ramah kepada tokoh jenius seperti Sri
Mulyani, sehingga wanita satu ini akhirnya diambil oleh Bank Dunia.
"Jangan Menangis, Bulek!"
Entah
apa rakyatnya yang memang ingatannya pendek, atau media-media massanya
yang bego ya. Sri Mulyani dengan segala kiprahnya adalah FAKTA yang
jelas, tidak samar lagi. Dia adalah operator ekonomi Neolib di
Indonesia, bersama Boediono, dan para pendukungnya. Apa yang bisa
dibanggakan dari ekonomi Neolib? Ia adalah tatanan ekonomi yang membuat
kekayaan bangsa Indonesia semakin deras dijarah oleh orang-orang asing.
Ekonomi Neolib sangat ramah kepada kaum elit yang kaya-raya, tetapi
sangat menindas rakyat kecil.
Pada
hakikatnya, ekonomi Neolib sama persis dengan EKONOMI FEODAL di jaman
Belanda dulu. Ketika itu Belanda sebagai dominator pengeruk kekayaan
nasional. Operasi penjarahan oleh Belanda ini difasilitasi oleh kalangan
Bangsawan (Ningrat) yang oleh banyak orang disebut kaum “priyayi”
(ambtenar). Mereka adalah kalangan bangsawan, kaya, anti kemerdekaan,
dan mengabdi kepentingan kolonialis. Kenyataan yang sama terjadi di
Indonesia ini, di jaman Orde Baru dan terutama setelah Reformasi,
sebagian elit priyayi menjadi makelar-makelar penjajahan kekayaan
nasional oleh orang-orang asing. Kalau dulu penjajahnya cuma Belanda,
kalau kini banyak sekali: Amerika, Inggris, Belanda, Jepang, Korea,
China, Singapura, Jerman, Perancis, Bank Dunia, IMF, dan sebagainya.
Adapun
untuk menghibur rakyat Indonesia (sekaligus memperdaya akal mereka),
rakyat Indonesia cukup diberi beberapa model hiburan: Tontonan TV,
fantasi dengan rokok, sepakbola, dan MSG. Kalau kita cermati dengan
teliti, konstruksi ekonomi Indonesia saat ini tak ada bedanya dengan
masa penjajahan Belanda dulu. Malah ketika itu, kondisinya belum separah
dan serumit saat ini.
Apa
yang bisa dibanggakan dari seorang Sri Mulyani? Dia ini bisa dikatakan
merupakan salah satu “priyayi” yang menjadi operator praktik penjajahan
ekonomi di Indonesia, oleh kekuatan asing. Kalau kini dia direkrut oleh
Bank Dunia, apa yang aneh? Toh, sebelumnya dia menjadi kaki-tangan IMF.
Sekedar
ingin mengingatkan fakta-fakta “masa lalu” tentang betapa bobroknya
moralitas seorang Sri Mulyani di hadapan rakyat dan bangsa Indonesia.
Semoga media-media massa mau sedikit berubah dari ke-bego-an mereka.
(Nyari duit sih boleh, tapi jangan keterlaluan dong dalam membohongi
masyarakat!).
(=)
Nama besar Sri Mulyani mulai berkibar ketika terjadi Krisis Moneter
1997. Dia waktu itu dikenal sebagai pakar ekonomi dari UI. Saya masih
ingat, penampilan Sri Mulyani waktu itu “belum didandani” seperti
sekarang. Mungkin ketika itu, gaji dia belum cukup untuk membiayai
“kebutuhan pencitraan”.
(=)
Sri Mulyani ketika masa-masa Krisis Moneter waktu itu sangat kritis
pemikirannya. Dia bependapat supaya perbaikan ekonomi nasional dilakukan
dengan cara-cara radikal. Sri ketika itu juga kencang dalam mengkritik
pendekatan ekonomi yang ditempuh IMF. Pendek kata, Sri Mulyani bersinar
bintangnya seiring munculnya badai Krisis Moneter.
(=)
Setelah tahun 1998, Soeharto lengser dari kursinya. Ketika itu nama Sri
Mulyani tiba-tiba hilang dari peredaran. Jarang sekali media-media
massa menyebut namanya. Kemanakah “Jeng Sri”? Ternyata, dia telah
bekerja menjadi seorang pejabat tinggi IMF. Seingat saya, dia menjadi
supervisor IMF untuk wilayah Asia-Pasifik. Oh ala, ternyata Sri Mulyani
bekerja di IMF, pihak yang pernah dia kritik ketika Krisis Moneter
terjadi.
(=)
Perlu diingat, yang membidani kehancuran ekonomi nasioanal, dan
keterpurukan Indonesia seperti saat ini adalah IMF. Butir-butir LOI
(Letter of Intends) yang disepakati antara Indonesia dengan IMF itulah
yang menghancurkan ekonomi kita dan merusak fundamental ekonomi yang
susah-payah dibangu7n sejak tahun 70-an. Dalam LOI dengan IMF itu,
Indonesia bukan saja diharuskan tunduk kepada aturan-aturan IMF, tetapi
negara ini sesungguhnya telah DIBELI KEDAULATAN-nya oleh IMF. Bayangkan,
sampai untuk urusan jual-beli rotan saja, IMF ikut campur mengatur.
(Untung untuk masalah jual-beli terasi, ikan asin, dan kerupuk, IMF
tidak ikut-ikutan).
(=)
Demi Allah, Rabbul ‘alamiin, Rabus Samawaati wal ardh, IMF itulah
sumber kehancuran ekonomi Indonesia. Akibat perjanjian dengan IMF,
Pemerintah RI harus mengeluarkan BLBI yang kemudian membuat negara ini
kehilangan dana sebesar 500-600 triliun rupiah (100 kalinya dana Bank
Cenmtury). Nah, BLBI ini menjadi sumber kehancuran ekonomi yang susah
diobati sampai saat ini. Jika ada “Dajjal Ekonomi” yang sukses besar
merusak kehidupan rakyat Indonesia, itulah IMF.
(=)
Sebagai supervisor IMF, Sri Mulyani sangat tahu tentang penerapan
butir-butir LOI, dalam rangka melucuti kedaulatan ekonomi Indonesia,
memperbesar praktik penjajahan asing, serta memupus harapan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Sri sangat tahu itu, sebab dia
menjadi supervisor Asia-Pasifik. Dan dia digaji oleh IMF untuk mengawasi
praktik penjarahan ekonomi di negaranya sendiri. (Luar biasa, rasanya
muntah kalau membayangkan rizki yang diterima Sri Mulyani dari gaji-gaji
yang dia peroleh di IMF itu. Na’udzubillah wa na’udzubillah, ya Allah
lindungi kami dan anak keturunan kami dari menerima rizki kotor dari
tangan para penjajah keji. Amin Allahumma amin).
(=)
Ketika Sri Mulyani menjadi Menkeu di era SBY, dia sangat kejam dalam
menerapkan kebijakan pemotongan subsidi BBM, sehingga hal itu menjadi
hempasan keras yang memiskinkan rakyat ke sekian kalinya. Di mata Sri
Mulyani, nilai rakyat Indonesia hanyalah sekedar ANGKA belaka. Termasuk
kebijakan memotong subsidi untuk perguruan tinggi, memperbesar kewajiban
pajak, memberikan segala rupa keistimewaan perlakuan kepada para
investor asing, dll. Bahkan yang paling kacau adalah kebijakan BLT
(Bantuan Langsung Tunai). Ternyata bantuan ini sumbernya dari dana
hutang Bank Dunia. Allahu Akbar.
(=)
Setelah satu periode Kabinet SBY berakhir pada 2009 lalu, ternyata
diperoleh data baru posisi keuangan negara. Hutang luar negeri
Pemerintah naik dari posisi sekitar Rp. 1300 triliun menjadi sekitar Rp.
1700 triliun; ada kenaikan hutang selama 5 tahun Kabinet SBY sebesar
Rp. 400 triliun. Dan kini kabarnya naik lagi lebih tinggi.
(=)
“Prestasi” lain dari Sri Mulyani yang layak dicatat ialah besarnya
kepemilikan SUN (Surat Utang Negara) di tangan asing. Dalam setahun,
katanya negara harus mengeluarkan dana sekiatar Rp. 60 triliun untuk
membayar bunga kepada para pemegang SUN itu.
(=) Dan lain-lain.
Jadi,
adalah sangat dusta kalau kita lalu memuji-muji Sri Mulyani. Tokoh ini
bahkan sudah pantas disebut sebagai PENGKHIANAT NEGARA, bersama Si Boed
dan kawan-kawan. Mereka ini andilnya sangat besar dalam menyengsarakan
kehidupan rakyat Indonesia.
Dari
sisi pintar, mahir bahasa inggris, penampilan modis, tegas bicara,
tahan mental, bergaji tinggi, berwawasan global, dll. ya okelah kita
akui, Sri Mulyani orangnya. Tapi dari sisi moralitas dan kontribusinya
bagi kebaikan hidup rakyat Indonesia, reputasi Sri Mulyani sangat
mengerikan.
0 komentar:
Posting Komentar