Tertawa Bersama Bung Karno 3


Tongkat Komando Bung Karno
 
Bung Karno tidak pernah lupa membawa tongkat kebesaran. Salah satu tongkat komandonya merupakan hadiah dari Presiden Filipina Quirino. Tongkat ini yang sering dia bawa ke mana-mana dalam acara resmi di Jakarta maupun ke luar kota, ke daerah-daerah, bahkan ke luar negeri. Belakangan orang bilang, tongkat BK mempunyai kekuatan gaib. Berita burung itu sampai ke telinganya. Ia berkata, “Lo, ini ‘kan cuma dibuat dari kayu biasa, dan juga dibuat oleh manusia biasa yang doyan nasi juga.”


Perintah Berantai

Kalau sedang jalan pagi atau sore hari di halaman istana, Bung Karno selalu memperhatikan keadaan sekitarnya. Bagaimana kebersihannya, keadaan tanaman dan bunga, letak pot-pot bunga masih teratur atau tidak. Suatu pagi, seperti biasa BK jalan-jalan di halaman istana, disertai Sugandhi ajudan presiden dan seorang polisi pengawal pribadi. Melihat bata merah pembatas halaman rumput tidak teratur, BK memerintahkan Sugandhi membetulkan letak bata merah itu. Lantas Pak Gandhi ganti menyuruh pengawal pribadi membetulkannya. Langsung BK berkata, “Ya sudah, kalau kamu tak mau, akan saya kerjakan sendiri.” Bung Karno kemudian membetulkan letak bata merah itu. Dengan cepat Pak Gandhi dan pengawal pribadi ikut membetulkannya.

Rokok Tak Bertuan


Pernah Bung Karno menemukan puntung rokok di sekitar pos penjagaan polisi pengawal pribadi yang tidak dibuang ke dalam asbak. Ia lantas bertanya kepada anggota yang bertugas, “Siapa di antara kamu yang suka merokok? Coba keluarkan, rokokmu merek apa?”
Setelah semua petugas jaga mengeluarkan rokok, tidak ada yang cocok dengan puntung rokok yang dipegang BK. Lalu, ia membuang puntung itu ke asbak di atas meja pos penjagaan dan memerintahkan, agar semua tempat di istana selalu bersih. Jangan dikotori puntung rokok.

Sapu Yang Malang


Halaman istana banyak pohon besar dan rindang. Tetapi jangan sekali-kali memotong dahan atau rantingnya, sebab Bung Karno akan tahu. Semuanya diatur sendiri olehnya, termasuk tanaman-tanaman kecil di halaman istana.
Di sekitar tempat penjagaan Polisi Pengawal Pribadi Presiden, terdapat pohon besar. Dengan sendirinya, banyak daun kering jatuh di bawahnya. Melihat itu BK langsung berhenti dan menyuruh seorang polisi pengawal mencari sapu. Setelah sapu didapat, segera dia memerintahkan membersihkan tempat itu. BK kemudian meneruskan jalan kaki, dan mengitari halaman istana.
Sewaktu anggota polisi pengawal pribadi itu sedang menyapu, datang tukang kebun sambil meminta sapu itu. Sapu diserahkan oleh polisi pengawal kepada tukang kebun, dan secara kebetulan BK melihat adegan serah terima sapu itu. Ia segera kembali ke pos penjagaan dan meminta sapu dari tukang kebun sambil berkata kepada polisi pengawal tadi, “Baik, kalau kamu tidak mau membikin bersih tempatmu sendiri, Bapak yang akan membersihkannya.” Setelah Bung Karno selesai menyapu dan membersihkan tempat penjagaan, sapu dibanting sampai gagangnya patah.

Bung Karno Jadi Tukang Sapu

Pernah juga BK pagi-pagi masuk di sekitar paviliun di Istana Negara, tempat tinggal polisi pengawal pribadi. Di sini BK melihat tempatnya kotor, kamar mandi dan selokan juga kotor. BK memerintahkan seorang polisi pengawal pribadi mencari sapu dan mengumpulkan semua penghuninya. Kemudian, ia berkata, “Lihat, kamu orang saya beri contoh bagaimana caranya membikin bersih tempat kotor ini.” Bung Karno memegang sapu dan terus menyapu serta membersihkan tempat itu. Orang-orang gemetar ketakutan ketika melihat BK membersihkan tempat itu. Selesai menyapu BK berkata, “Bisa tidak kamu membikin bersih tempatmu sendiri?”

Kandang Kuda Untuk Kapten Soedarto

Di Istana Bogor pun BK selalu memeriksa kebersihan sekitar istana, termasuk tempat tinggal para pelayan. Juga garasi dan kandang kuda. Ketika BK sedang memeriksa kebersihan di sekitar istana, ia diikuti seorang polisi pengawal pribadi dan Kapten CPM Soedarto. Sampai di kandang kuda, sang kapten berkata, “Wah, kandang kuda ini lebih bagus dan lebih bersih dari rumahku.” Mendengar kata-kata itu, Bung Karno langsung mendekati Kapten Soedarto dan berkata, “Kalau begitu, kamu tinggal saja di sini.” Semua yang mengikuti Bung Karno tertawa lebar.

Jari Bung Karno Yang Malang

BK mempunyai kebiasaan “aneh”. Beliau selalu memukul­-mukul kap atas pintu mobilnya yang akan dinaiki. Bukan kenapa-kenapa. Sebab, kepala BK pernah terbentur pinggiran atas pintu mobilnya. Mulai saat itu pula pengawal selalu diminta BK untuk mengingatkan dengan kata-kata, “Awas pintu, Pak.” Mendengar kata-kata itu, BK selalu menjawab, “Yooooo,” sambil memukul kap atas pintu mobilnya terus masuk dan duduk di dalam mobil.
Insiden kecil juga pernah terjadi ketika BK menjemput tamu agung dari luar negeri di lapangan terbang Kemayoran Jakarta, dengan mobil sedan terbuka. Waktu pintu mobil ditutup dengan keras oleh Sugandhi, jari tangan BK terjepit pintu mobil hingga luka berdarah. Tentu saja sakit sekali. Akan tetapi, untuk menjaga agar jangan sampai tamunya ikut gelisah, BK tetap tertawa dan melambaikan tangannya kepada rakyat yang ikut menjemput tamu itu.

Bung Karno terseret mobil 


Pernah juga Bung Karno terseret pintu mobil di serambi Istana Merdeka. Mobil baru berhenti setelah polisi pengawal BK berteriak keras, “Stop, stop!”, gara-gara mobil buru-buru dimajukan sopirnya. Sejak kejadian itu, sopir BK selalu harus turun dari mobil ketika BK akan turun dari mobil, dan baru naik ke mobil setelah BK sudah naik.

 

Beramal Dengan Korek Api

Di mejanya selalu terdapat tumpukan koran atau buku bacaan kalau sedang duduk sendirian. Pagi-pagi surat-surat kabar itu harus sudah ada di mejanya. Para anggota DKP (Detasemen Kawal Pribadi) memeriksa, jumlah surat kabar jangan sampai kurang. Kalau ada yang kurang, BK pasti akan menanyakan. Pagi maupun sore hari, ia selalu membaca surat kabar. Bahkan ke kamar kecil pun selalu membaca surat kabar atau majalah.
Bung Karno juga mempunyai kebiasaan khas. Kalau ia duduk di suatu tempat, tidak boleh ada angin dari belakang, tidak boleh ada kipas angin yang dihidupkan di sekitarnya. Ia juga tidak suka tidur di tempat tidur empuk mentul-mentul. Ia terbiasa tidur di tempat tidur beralas papan dan kasur kapuk.
Pernah suatu hari Bung Karno berkata kepada Mangil, “Mangil, kamu itu selalu dekat Bapak. Ibaratnya kamu harus selalu memegang baju Bapak sebelah belakang. Maka dari itu, kamu supaya selalu membawa sakarin dan korek api. Sungguh pun yang minta api itu bukan saya, tetapi orang lain. Kamu memberikan api kepada orang yang akan merokok, kamu dapat pahala.” Sampai-sampai, Mangil selalu membawa korek api, sekalipun ia tidak merokok.


States Express 555

Bung Karno menyukai rokok merek States Express 555. Pernah dalam suatu perjalanan sehabis makan BK minta Rokok “555”, tetapi tidak ada yang punya. Ia berkata kepada rombongannya, “Bapak ini merokok sehari hanya dua batang. Tiap-tiap habis makan satu batang. Kok rokok saya satu kaleng yang isinya 50 batang bisa habis satu hari, itu bagaimana?”
Sejak itu, setiap dalam perjalanan, Mangil membawakan rokok Bung Karno supaya selalu utuh, tidak ada yang berani minta rokok padanya, karena Mangil sendiri tidak merokok. Tetapi kalau keluar istana, selain air putih juga Ovaltine yang selalu disediakan oleh Pembantu Inspektur Polisi Sogol, salah seorang anggota DKP.
Setiap kali akan berpidato, Bung Karno terlebih dahulu selalu minum air putih yang sudah dingin, bukan dikasih air es, atau es atau air yang dimasukkan di dalam kulkas. Tetapi air putih yang sudah dimasak dan dingin, tanpa es. Suatu ketika BK didaulat untuk memberikan wejangan oleh rakyat setempat dalam suatu perjalanan ke daerah Aceh. Sebelum berpidato, Bung Karno minta air minum. Rakyat berebut ingin memberikan air minum. Bung Karno berkata, “Saya minta air minum, bukan air teh, bukan kopi, juga bukan bir. Bapak hanya minta air putih yang sudah dimasak dan sudah dingin tanpa diberi es.”

Bung Karno Dan Wayang Kulit

BK senang sekali menonton pergelaran wayang kulit di Istana Negara. Dalam suatu pertunjukan wayang, ia kagum akan kepahlawanan dan kepatriotan Gatotkaca.
Pernah suatu pagi, seusai menonton pertunjukan wayang kulit, BK bertanya kepada Sugandhi, ajudan Presiden, “Ndi, lucu tidak banyolannya tadi malam?” Sugandhi menjawab, “Lucu sanget, Pak (lucu sekali, Pak).” “Coba tirukan, apa yang kau anggap lucu,” kata BK lagi. Sugandhi tidak dapat menirukan dan dengan terus terang menjawab, “Dalem mboten ningali, Pak (saya tidak nonton, Pak).” Bung Karno hanya tertawa mendengar pengakuan jujur itu.

Korban Tari Lenso


Bung Karno juga senang menari lenso dalam acara-acara khusus, baik di Istana Merdeka, Istana Negara, Istana Bogor, atau Istana Cipanas. Untuk melayani BK santai, dibentuklah kelompok band ABS, Asal Bapak Senang. Semua lagu kesenangan BK dipelajari dengan baik. BK merasa cocok dengan adanya tim kesenian ini. Kalau BK sedang menari lenso dan iramanya disenangi, tidak boleh diganti dengan lagu lain, sekalipun yang mendengarkan mungkin sudah bosan.
Pernah pada suatu hari Bung Karno dan Ibu Hartini mendapat undangan makan di tempat peristirahatan Duta Besar Amerika Serikat Howard Jones di Puncak, Cipanas. Sehabis makan siang, Bung Karno memanggil saya dan bertanya, “Anak-anak ada atau tidak?” Bung Karno menari lenso dengan Ny. Jones, yang menyanyi semua anggota polisi pengawal pribadi, sambil memukuli peralatan dapur seadanya untuk memberikan suara dan irama lenso yang dikehendaki BK. Tanpa alat musik pun, tari lenso berlangsung meriah. Selain BK, juga ikut menari Ibu Hartini, Duta Besar Howard Jones dan nyonya, juga para anggota staf Kedutaan Besar AS. Seusai acara, alat-alat dapur tadi pada penyok.
Share on Google Plus

About Unknown

0 komentar:

Posting Komentar