Pada masanya (sekitar pertengahan
tahun 1970-an hingga akhir 1998-an), Emha Ainun Najib, kelahiran
Jombang, 27 Mei 1953 ini, begitu populernya. Ia pintar membuat puisi,
menulis kolom, bahkan nembang/menyanyi. Bakat berkeseniannya menurun
kepada anak lelakinya Sabrang Mowo Damar Panuluh atau biasa disapa Noe, vokalis kelompok musik Letto.
Meski
lahir di Jombang, namun Emha lebih dikenal sebagai Budayawan Yogya.
Sejak lulus SD di Jombang (1965), Emha melanjutkan pendidikan di
Yogyakarta (SMP Muhammadiyah dan SMA Muhammadiyah, bahkan UGM
–Universitas Gajah Mada).
Kiprah
berkeseniannya tidak lepas dari sikap kritis terhadap pemerintah (kala
itu Soeharto), yang diekspresikannya melalui berbagai media kesenian
seperti Teater. Antara lain, Emha pernah mementaskan karya teaternya
bertajuk Geger Wong Ngoyak Macan (1989), tentang pemerintahan
Soeharto yang dikiaskannya dengan Raja. Bahkan ketika Emha nyantri di
Pondok Modern Gontor Ponorogo Jawa Timur ia pernah melakukan demonstrasi
melawan pemerintah (Soeharto) (?), sehingga ia harus menerima resiko
dipecat. Karena dipecat, maka Emha pun pindah ke SMA Muhammadiyah I
Yogyakarta sampai tamat. Namun demikian, di penghujung kekuasaan
Soeharto, Emha sempat tampil bareng di atas panggung bersama sang ‘Raja’
untuk takbir bersama pada malam Idul Fitri kala itu.
Lingkup pergaulan Emha
memang sangat luas, tidak saja bisa bergaul dengan ‘Raja’ tetapi juga
dengan kalangan penganut aliran dan paham sesat seperti Syi’ah. Di
tahun 1997 Emha berpartisipasi aktif pada acara yang diadakan kalangan
syi’ah, yaitu acara Doa Kumail. Di situ, Emha memberikan
ceramah, sambil merintih-rintih, dan benar-benar menangis, di hadapan
sekitar 200 hadirin, yang memadati gedung pertemuan Darul Aitam, Tanah
Abang, Jakarta Pusat.
Acara pembacaan Doa Kumail adalah
bagian dari peringatan peristiwa Karbala, untuk memperingati wafatnya
Husein ra, yang wafat dalam perjalanan menuju Kufah (Irak). Kalangan
syi’ah menganggap wafatnya Husein ra sebagai syahid. Namun anehnya hanya
Husein ra yang dianggap syahid, padahal yang wafat bukan hanya Husein
ra. (lihat tulisan berjudul Mas, Sampeyan Syi’ah? nahimunkar.com, May 28, 2008 9:19 pm).
Meski sejak lahir beragama Islam, bahkan selalu lekat dengan julukan cendekiawan Muslim, namun Emha
ada kalanya suka menggunakan istilah-istilah yang tidak lazim bagi
kalangan Islam, yaitu ‘pelayanan’ yang biasa digunakan kalangan Nasrani.
Bahkan bersama kelompok musiknya yang bernama Kiai Kanjeng, Emha dan
kawan-kawan menampilkan gaya Gospel (ajaran Injil atau berita gembira
dari Yesus) sambil bershalawat. Oleh karena itu, Emha tidak terlalu
gandrung menggunakan istilah berdakwah, tetapi melayani. ‘Itu hanya bentuk pelayanan. Pelayanan adalah ibadah dan harus dilakukan bukan hanya secara vertikal, tapi horizontal.’
Emha
dan kelompok musik Kiai Kanjeng pernah melakukan pelayanan di Mesjid
Cut Meutia, Jakarta Pusat, tepatnya pada hari Sabtu tanggal 14 Oktober
2006, dalam sebuah acara bertajuk Pagelaran Al-Qur’an dan Merah Putih Cinta Negeriku, setelah shalat tarawih. Pada saat itu Emha dan Kiai Kanjeng-nya memadukan (medley) antara lagu Malam Kudus (yang biasa dinyanyikan umat Nasrani dalam rangka peringatan Natal) dengan Shalawat: ‘Sholatullah salamullah, ‘ala thoha Rasulillah, sholatullah salamullah, ’ala yaasin Habibillah.’
Ketika
itu, Emha dan Kiai Kanjeng mendapat tepukan yang sangat meriah.
Sebelum membuat bingung sebagian jamaah, maka Emha pun berujar, ‘Tidak ada lagu Kristen, tidak ada lagu Islam. Saya bukan bernyanyi, saya ber-shalawat.’
Tapi, apa ada aturan yang membenarkan nyanyi-nyanyi di Mesjid setelah shalat tarawih, dengan diiringi berbagai alat musik?
1. Firman Allah SWT di dalam Surat Luqman:
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ
اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ
مُهِينٌ(6)وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ ءَايَاتُنَا وَلَّى مُسْتَكْبِرًا
كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا فَبَشِّرْهُ
بِعَذَابٍ أَلِيمٍ(7)
“Dan
di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalanAllah tanpa pengetahuan
dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh
adzab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepada ayat-ayat Kami dia
berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum
mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di telinganya; maka beri khabar
gembiralah dia dengan adzab yang pedih.” (QS Luqman: 6-7)
0 komentar:
Posting Komentar